Bandarlampung, 16 Maret 2020
“Jangan menjadi wartawan imajiner. Karena kapasitas seorang wartawan dinilai dari hasil karya tulisannya, jadi harus real turun langsung kelapangan, melakukan cek dan ricek serta melakukan wawancara ke narasumber, sehingga berita yang disajikan sesui fakta dilapangan”tutur Eka Setiawan yang juga Redaktur harian LamPost, pembicara sesi ke tiga pada Pelatihan Jurnalistik di kantor Saburainews.id Jl. Amethys 7 No.71 Kemiling, Lampung.
Juwendra Asdinsyah menegaskan bahwa seorang wartawan harus mampu menghadirkan berita sesuai fakta, tidak melebih lebihkan, tidak menimbulkan kepanikan atau menambahnya. “Bila massa yang melakukan unjuk rasa seribu seratus, tulisnya seribuan, jangan ditulis ribuan, karena berbeda seribuan dengan ribuan. Kalau ribuan itu bisa lima ribu, enam ribu dan seterusnya” pembicara sesi kedua yang juga pendiri dan pimred duajurai.co memberikan contoh penulisan berita yang dilebih lebihkan.
Penulisan, akronim, singkatan, tanda baca juga sangat penting “Kasihan juga bagian redaktur kalau menerimanya masih mentah, pusing pak” tambah Ketua Aji Lampung 2007-2010 ini.
Munir Abdul Haris, S.Sos.I selaku Pimred Saburainews.id membuka Pelatihan Jurnalistik yang digelar selama 2 hari pada Senin- Selasa, 15-16 Maret pukul 08.00- 21.00 WIB dengan harapan wartawan Saburainew menjadi wartawan yang berintegritas, jangan jadi wartawan bodrex. “Saburainew harus menjadi media yang independen, sehingga mampu menghadirkan informasi sesuai fakta, tidak bisa mendapat tekanan dari pihak manapun” imbuhnya (15/03/2021)
Dasar Jurnalistik 5W+1H oleh Muhammad Faizin dasar Jurnalistik yang paling utama adalah 5W+1H, berpegang pada ini maka wartawan tidak akan kehilangan tujuan.
Pada sesi terakhir Pelatihan Jurnalistik di hari pertama adalah Kode Etik Jurnalistik Manajemen Redaksi oleh Nurlis E. Meuko Pendiri dan Pimred Cyberthereat.id.
Be the first to write a comment.