Jakarta – (28/1/2021) Sehari setelah dilantik sebagai KAPOLRI, Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo mengunjungi kantor PBNU di Jl. Kramat Raya 164 Jakarta, untuk mendapatkan nasehat dan masukan terkait kepemimpinan beliau menjadi KAPOLRI yang baru, acara ini juga diikuti secara virtual oleh PWNU dan POLDA se-Indonesia.
KAPOLRI baru tersebut disambut langsung oleh Ketua Umum PBNU Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, MA., beserta jajaran seluruh pengurus jajaran Tanfidziyah PBNU.
Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj menyatakan , silaturahmi ini harus kita tingkatkan menjadi silatul afkar menyamakan cara pandang kita, cara pandang Kepolisian dan NU dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, setelah itu tingkatkan lagi menjadi sillatul amal wal ikhtiar memperkuat kerjasama dan ikhtiar untuk menjaga dan memajukan bangsa ini bersama-sama.
Martabat bangsa itu tergantung budayanya, bukan agamanya, ketika budayanya, unggul akan dihormati semua pihak, dan menjadi negara yang berperadaban. Contoh Timur Tengah, agama benar islam, teologi benar islam, tapi budaya masyarakatnya hancur, sehingga hari ini negaranya hancur berkeping- keping dan terjadi perang saudara yang tidak selesai-selesai. Sama-sama islam, sama sunni, tapi tetap terjadi peperangan antar suku, kita sudah bisa berdampingan antar suku, di timur tengah belum bisa. Afganistan sudah 14 tahun perang saudara, Irak perang saudara, Syiria, Libya, Lebanon, agamanya benar, tauhidnya benar tapi budaya masyarakatnya hancur. Saya pernah bergurau, boleh kalian sekolah keluar negeri, tapi setelah pulang jangan bawa budayanya tapi bawa ilmunya, karena budaya kita lebih mulia dari negara luar. Boleh sekolah di Timur Tengah tapi jangan menjadi Arab, boleh sekolah ke Eropa tapi jangan menjadi Eropa. Di Indonesia budaya menjadi infrastruktur agama, contoh baju batik untuk sholat kan bagus daripada gamis, sorban untuk demo, tambah Kyai Said.
Sementara Jenderal Sigit menyatakan,kita akan sangat senang jika anggota kami akan terpilih dari lulusan-lulusan madrasah dan pesantren, yang pinter hafizh qur’an, menguasai ilmu agama, apalagi jika anak dari seorang tokoh-tokoh agama jadi begitu kami kembalikan ke daerah menjadi polisi dan mengabdi untuk masyarakat setempat, tentu disegani dan bisa menjadi sosok yang dihormati tanpa kemudian harus menggunakan pistol dan kekuatan agar masyarakat menurut.
Be the first to write a comment.