Ingat salju di Turki? Ingat dengan Uludag kan? Kata Uludag merupakan gabungan dari dua kata. Ulu artinya besar dan Dag berati gunung. Uludag berati gunung agung. Pegunungan ini selalu diselimuti salju sepanjang tahun karena ketinggiannya mencapai. Uludag menjadi tujuan para turis untuk pengalaman salju yang menyenangkan. Hal ini juga menjadi tujuan saya dan istri; membuktikan apakah salju itu benar-benar membahagiakan sebagaimana di film-film menjelang natal.

Gunung Uludag terkenal dengan salju abadinya. Ketinggan gunung ini mencapai 2.543 meter, atau sekitar 8.343 kaki di atas permukaan laut. Pada musim dingin seperti sekarang salju akan menutupi hampir seluruh wilayah pegunungan dan menjadi tempat bermain ski bagi wisatawan segala usia. Pada musim panas, salju masih bisa ditemukan dengan naik lebih tinggi ke atas gunung dengan kereta gantung (teleferik) yang stasiunnya terletak di pinggir kota Bursa. Konon, kereta gantung ini memiliki lintasan terpanjang di dunia sekitar 8.3 km dengan jarak tempuh 45 menit. Adapun biayanya sekitar 45 lira saja. Dari atas kereta gantung, Anda akan melihat hamparan salju, pohon-pohon cemara, bahkan jurang-jurang yang membuat detak jantung Anda berdetak keras. Bila Anda merasa kedinginan dengan outfit seadanya, maka jangan khawatir, di atas ada banyak penjualan maupun penyewaan pakaian dingin. Selanjutnya, Anda bisa melakukan aktivitas bermain salju, ski, dan motor ski.

Sayangnya, saya dan istri belum berkesempatan naik kereta gantung ini karena kami pergi dengan bus. (Tentu suatu saat harus datang kembali dan mencoba aktivitas ini). Bus kami berjalan santai di tengah hujan salju menanjak dan meliuk liuk melewati permadani salju. Bus ini membutuhkan waktu 30 menit untuk sampai ke tujuan, yakni sebuah pelataran. Pelataran ini bernama Uludag Resort yang terdiri dari fasilitas wisata. Di bagian depan terdapat cafe kecil yang nampak menawarkan kehangatan. Di halamannya yang luas nampak seperti ada taman bermain dengan bangku-bangku dan pondok kecil, namun sudah tenggelam di bawah tebalnya salju. Sebuah jalan membelah salju menuju dataran yang lebih rendah. Di ujung sana terdapat dua buah rumah (mungkin juga hotel). Salju di sini benar-benar tebal.

Kami segera keluar bus dan terus merasa takjub dengan salju, baik yang berbentuk hujan maupun hamparan. Duh…maafkan kelakuan kami yang baru pertama kali melihat salju secara nyata ini. Kami benar-benar seperti orang kampung yang baru ke kota dan melihat gemerlapnya lampu kota yang bermandikan cahaya. Mata terbelalak, mulut ternganga, dan tak hentinya berdecak kagum. Is it Real?….Yah…ternyata nyata. Benar benar nyata, saya dan istri benar-benar berada di negeri salju, negerinya Elsa dan Anna di Film Frozen dengan latar Arkershus Fortress (Norwegia) dan Skogafoss (Islandia).

Maka, dapatlah ditebak apa yang terjadi! Kami berada dalam suasana ephoria. Kami menari, melempar salju ke udara, tengkurap dan dan terlentang di hamparan salju, menyentuh daun cemara, dan berlalu lalang di jalanan penuh salju. Tidak lupa pula kami mengabadikan momen-memon langka yang seperti di negeri dongeng ini.

Udara yang pada saat itu -8 derajat celcius ternyata membuat tubuh makin menggigil. Dinginnya benar-benar sampai menyusup ke persendian. Sementara itu, keinginan untuk ke kamar kecil semakin mendesak. Saya mencari kamar kecil di bagian taman bawah. Sebuah kamar mandi yang pintunya hampir tertutup salju tebal setia menyendiri dalam diam. Saya masuk ke dalam dan mendapatkan bonus penghangat elektrik di dalamnya. Sungguh hiburan yang menyenangkan saya dan bermaksud agak berlama-lama di dalam kamar kecil ini untuk menghangatkan tubuh.

Keluar dari kamar kecil, udara dingin kembali menghantam tubuh. Saya buru-buru menuju cafe di bagian depa untuk mengusir suhu dingin dalam tubuh. Di cafe tersebut, banyak tamu yang berlindung dari kejamnya suhu dingin. Pemilik cafe adalah pria setengah baya yang menyenangkan. Ia melayani tamu dengan senyum disertai bahasa Indonesia yang cukup lancar. Secangkir coklat hangat dan canda tawa di dalam cafe mampu menghangatkan suasana.

Hari semakin siang, kami segera naik bus menuju kota Bursa untuk explorasi pusat kota.

(Oleh Muhammad Walidin Iskandar)