(Oleh Muhammad Walidin Iskandar)
Berkat sebuah film lepas berjudul ‘Layangan Putus’, Turki menjadi viral bagi kebanyakan orang Indonesia. “It is my dream,” adalah kalimat yang telah bertransfromasi dari dialog tokoh Aris dan Kinan menjadi dialog karikatural nan lucu berbagai kalangan. Ada yang menghubungkannya dengan iklan komersial bahkan parodi variatif yang sangat menghibur.
Bagi kami berdua -saya dan istri-, Turki telah menjadi wishlist sejak lama, jauh sebelum ‘Layangan Putus’ viral. Impian ke Turki juga menjadi daftar panjang para pelancong seperti kami. Pandemi yang berlarut-larut selama dua tahun membuat daftar-daftar perjalanan kami menjadi kabur. Hingga akhirnya, pandemi berubah status menjadi endemi di bulan Maret 2022, geliat pariwisata kembali mendapat angin segar. Hal ini, membuat kami membuka kembali daftar rencana perjalanan yang tertunda. Turki, adalah salah satunya.
Sebenarnya, melihat penurunan kasus pandemi sampai akhir Februari 2022, kami telah membeli tiket untuk tanggal 24 Februari 2022. Sayangnya, pada tanggal tersebut (tepatnya tanggal 25 Februari 2022) saya akan mengikuti promosi doktor saya di UIN Syarif Hidayatullah. Beruntung, tiket kami bisa direschedul pada tanggal 18 Maret 2022. Jadi, klop…Perjalanan ini terniat atas berbagai moment; moment bebas dari pembatasan perjalanan akibat pandemi, momen selebrasi pasca ujian disertasi, dan momen bulan madu kembali.
Hari yang dinantipun tiba. Pesawat Turkish Air menghantarkan kami menuju pusat kesultanan Ottoman (1400-1845). Perjalanan dari pukul 21.30 waktu Indonesia berakhir pada 05.00 subuh waktu Turki. Total perjalanan selama 12 jam. Turki lebih lambat 4 jam dari Indonesia. Selama di Turki, kami akan berkeliling membentuk huruf 0, dimulakan dari Istanbul dan diakhiri di Istanbul kembali. Adapun rutenya dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Istanbul | Bursa
Uludag resort, Grand Mosque |
Izmir
(Konak Square, Clock Tower) |
Kusadashi (Ephesus) | Pamukkale
(Hierapolis) |
Antalya |
Konya
Carananserai Mevlana |
Cappadocia
Hot Ballon Lembah Merpati |
Amasya
Bayazid II Hitit |
Ankara
Attaturk Musoleum |
Istanbul
Spice Bazar Grand Bazar Ayasofia Topkapi Galata Tower Bosphorus cruise |
Tiba di Bandara Istambul, kami menyiapkan diri menghadapi musim salju. Turki pada tahun ini mengalami anomali cuaca. Biasanya musim dingin telah berhenti pada bulan Februari. Sementara Maret biasanya sudah masuk musim semi. Akan tetapi, tahun ini salju masih turun di kota Istambul walau sudah medio Maret. Bagi saya dan istri, tentu saja keterlambatan musim semi ini menjadi berkah. Kami akan menemui salju pertama sepanjang hidup. Ya…betul. Saya patut mengucap Alhamdullillah karena pada usia 48, saya baru sempat memegang salju
Pesawat Turkish Air yang membawa kami mendarat di Bandara Istanbul (Istanbul Airport). Bandara ini merupakan salah satu dari tiga bandara internasional di kota Istambul. Bandara lainnya adalah Bandara Attaturk dan Bandara Istanbul Sabiha. Bandara Istanbul terletak di benua Eropa. Kebanyakan tujuan perjalanan kami berada di benua Asia. Jadi, kami akan melintasi jembatan yang akan memisahkan Istanbul Eropa dan Istanbul Asia. Setelah selesai urusan imigrasi, kami langsung menuju bis yang akan membawa kami ke Uludag Bursa. Jarak Istanbul dengan Bursa hanya 150 km dan perjalanan tersebut dapat ditempuh dalam waktu 2-3 jam.
Perjalanan ke Turki akan diceritakan dalam sebuah serial sesuai dengan waktu perjalanan. Para pembaca bisa memperhatikan nomornya agar bisa membaca secara runtut atau bisa juga membaca secara acak sesuai selera.
Catatan: Sesampai di Bandara, tentunya Anda butuh Lira ya. Carilah ATM Bank Ziraat (berwarna merah) atau ATM Bank Amalti. Bank Ziraat free admin, sementara bank Amalti menarik 50.000 untuk sekali penarikan. Saat kami belum tahu, kami menarik uang di sembarang ATM. Alhasil, biayanya 10 persen. Artinya, bila kita mengambil 4 juta, maka dikenai biaya 400 ribu. Cukup menyesakkan ya.
Be the first to write a comment.