Kabupaten Pesawaran, Kamis (18/2021).

Saburainews.id, Pondok Pesantren Al-Hidayat Gerning, Kecamatan Tegineneng, Kabupaten Pesawaran, hari ini kamis (18/3/2021) menggelar rangkaian acara Khaul Akbar Masyayeikh & Almaghfurlah Buya KH. A. Abrori Akwan Ke-9, Acara berlangsung di komplek Pon-Pes Al-Hidayat Gerning, Tegineneng, Pesawaran.

Rangkaian kegiatan Khaul Akbar tersebut meliputi, Rabu 17 Maret 2021 Ba’da Isya 21.30 ; Managiban, Maulidurrosul (Alkhidmah), dialanjutkan pukul 21.30-24.00 ; Majelis Khotmil Qur’an 30 Juz.

Kamis 18 Maret 2021, Ba’da Subuh-Ashar ; Majelis Khotmil Qur’an 30 Juz, Ba’da Ashar ; Do’a Khotmil, Temu Alumni, Ba’da Maghrib ; Puncak Acara yakni Yasin – Tahlil dan Tausyiah.

Acara Khul Akbar tahun ini kita gelar terbatas tidak seperti tahun-tahun biasanya, hanya untuk internal keluarga besar pondok pesantren Al-Hidayat Gerning dengan tetap mengunakan protokol kesehatan yang ketat, bahkan wali santri juga tidak diperkenankan untuk hadir, Tutur Gus Ma’sum Abror panggilan Buya KH. Ahmad Ma’sum Abror, yang juga Wakil Rois Syuriah PWNU Provinsi Lampung, via WA ke redaksi Saburainews.id

Sembilan Tahun sepeninggal Almaghfurlah Buya KH. A. Abrori Akwan Pon-Pes Al-Hidayat Gerning berkembang dengan pesat, selain metode pengajian salafiyah bandungan dan sorogan kitab-kitab Kutubussitah, Pondok Khusus Tahfidzul Qur’an untuk Anak-anak usia SD, Tahfidzul Qur’an untuk santri dewasa, semua jenjang unit Pendidikan Formal juga lengkap di Pondok Pesantren ini, mulai dari Taman Kanak-Kanak (TK), Madrasah Ibtidaiyah (MI) Tahfidz, Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA) dengan Jurusan IPA, dan Total santri yang hari ini mukim di Pondok kurang lebih 800 anak.

Sepeninggal Almagfurlah Pesantren ini diasuh oleh Putra Putri beliau, adapun Pengasuh utama nya adalah KH. Ahmad Ma’shum Abror, yang juga Rois Syuriah PCNU Kabupaten Pesawaran.

Dalam Lingkunagn Nahdlatul Ulama Provinsi Lampung, nama Buya KH. A. Abrori Akwan bukanlah nama yang asing. Sepanjang umurnya, beliau selalu berjuang untuk Nahdlatul Ulama.

Buya Abrori demikian beliau kerap dipanggil santri, wali santri dan masyarakat umum, selain aktif dan getol dalam mengurusi organisasi-organisasi sosial kemasyarakatan, dikenal juga sebagai orator ulung atau “Macan Podium”.

Hal itu karena Buya Abrori mampu mengutarakan hal-hal yang sebenarnya sulit menjadi lebih jelas dan gamblang, pidatonya mudah diterima semua kalangan. Beliau sanggup membuat hal-hal yang berat menjadi ringan, sesuatu yang sebenarnya membosankan menjadi mengasyikkan, sesuatu yang kelihatannya sepele menjadi amat penting.

Buya KH. A. Abrori Akwan lahir di Bindu, Peninjauan, OKU, Sumatra Selatan pada tanggal 31 Desember 1947. Beliau adalah putra kedua dari lima bersaudara dari pasangan Kyai Ahmad Akwan bin Hasbullah dan Nyai Sayyah binti Muhammad Sholih.

Buya KH. A. Abrori Akwan semasa remaja menuntut ilmu agama dibanyak pesantren di jawa, diantaranya Pon-Pes An-Nur Lasem, Rembang Jawa Tengah, saat itu diasuh langsung oleh KH. Manshur bin KH. Kholil Zuhdi, salah satu katib pribadi Syaikh Mahfudz Termas dan salah seorang pendiri Nahdlatul Ulama. Setelah itu Abrori muda berpindah ke Pesantren Al-Hidayat Soditan Lasem, Rembang, Jawa Tengah, dalam asuhan Waliyullah KH. Ahmad Ma’sum (mbah ma’sum lasem) bin Ahmad bin Abdul Karim, yaitu Ayahanda KH. Ali Ma’sum Krapyak D.I. Yogyakarta.

Buya KH. A. Abrori Akwan pernikahannya dengan Nyai Hj. Nur Aini dikarunia enam orang putra-putri, yaitu Hj. Lu’lu’ul Ma’shumah, KH. Ahmad Ma’sum Abror, KH. Rusydi Ubaidillah Abror, H. Muhammad Yusuf, S. Si, Hj. Nia Zainah, dan Hj. Durrotun Nafisah.