Jakarta – (28/10/2021) Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PB PMII) Muhammad Rafsanjani angkat bicara terkait kontroversi pernyataan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dalam acara Peringatan Hari Santri yang diselenggarakan Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) PBNU.

Menurut Rafsan Pernyataan Menag itu disampaikan dalam forum internal NU untuk memotivasi santri sehingga tidak tepat bila dilihat sebagai visi kebijakan. Menurut Rafsan, bila menilai pernyataan ini sebagai visi, apa yang dikatakan Menag itu berbanding terbalik dengan fakta selama ini.

“Kebijakan Menag sangat inklusif, ini penilaian kami generasi muda. Lihat misalnya apresiasi milenial minoritas di media sosial terhadap Menag, sampai ada yang nge-twit baru merasa punya Menag. Contoh lain, pengangkatan tokoh Muhammadiyah menjadi salah satu Dirjen di Kementerian Agama. Menag menurut kami sangat inklusif” tegas Rafsan.

Terkait komentar sejumlah tokoh dan politisi yang mempersoalkan pernyataan Menag, Rafsan menilai, mereka seyogyanya melihat konteks dan maksud Menag serta kebijakan Kementerian Agama selama ini tidak hanya mengutip ucapan sepenggal.

Seperti diketahui sebelumnya, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyebut Kementerian Agama merupakan ‘hadiah negara’ untuk Nahdlatul Ulama. Menteri Agama menyampaikan hal ini dalam acara Hari Santri yang digelar Rabithah Ma’ahid Islamiyah PBNU dengan peserta santri dan pengurus pondok pesantren. Pernyataan Menag ini menjadi polemik setelah sejumlah tokoh agama dan politisi berkomentar.