Pringsewu-Saburainews.id, Wakil Bupati Pringsewu melakukan panen perdana Sorgum di Pekon Pandansari, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Pringsewu, Kamis (27/5).
Lahan tanaman Sorgum ini merupakan hasil binaan ICD (Indonesia Cerdas Desa).
Wabup Pringsewu DR.H.Fauzi, SE, M.Kom., Akt., CA, CMA mengatakan sangat mendukung adanya budidaya tanaman Sorgum ini, dan berharap menjadi salah satu tanaman alternatif pilihan para petani dalam rangka meningkatkan perekonomian.
Ia juga mengucapkan terimakasih dan apresiasi kepada ICD yang telah memberikan wawasan kepada petani akan tanaman sorgum yang diyakini memiliki nilai tambah.
Sementara, Kadis Ketahanan Pangan Kabupaten Pringsewu Ir. Iskandar Muda mengatakan, para petani Pringsewu sebetulnya mudah dalam menerima sesuatu hal yang baru, karena bagi mereka yang penting ada kejelasan.
Dikatakan Iskandar, Kabupaten Pringsewu meskipun ketersediaan lahan tidak begitu luas, akan tetapi masih banyak yang bisa dipergunakan.
“Kalau ternyata Sorgum ini bisa maksimal, ini tentunya sesuatu yang sangat menjanjikan. Mungkin bisa dilakukan dengan sistem tumpang sari,” katanya.
Senada, disampaikan Kadis Pertanian Siti Litawati, SP, dimana menurutnya apa yang dilakukan ICD dengan memperkenalkan tanaman sorgum di Kabupaten Pringsewu merupakan terobosan di tengah pandemi.
Dikatakannya, tanaman Sorgum, selain untuk pakan ternak seperti selama ini dilakukan oleh masyarakat, sebetulnya merupakan tanaman yang dapat di-diversifikasi sebagai bahan pangan.
Dalam pada itu, Umbaryono dari ICD Kabupaten Pringsewu menjelaskan mengenai budidaya Sorgum, yang dikatakan sangat menguntungkan bagi para petani, dimana menanam sorgum ini cukup melakukan olah lahan serta penanaman satu kali, namun bisa dipanen hingga lima kali dalam setahun.
Selain itu, tanaman sorgum yang bukan saja dapat dijadikan pakan ternak serta untuk dikonsumsi manusia, juga mudah untuk tumbuh dan tidak mudah terserang penyakit.
Ia mengungkapkan, di Kabupaten Pringsewu, baru 19 hektar lahan yang telah ditanami sorgum dibawah binaan ICD Kabupaten Pringsewu, dimana untuk setiap 1/4 hektar lahan mampu menghasilkan 15-20 ton sorgum, yang tersebar di sejumlah pekon, diantaranya di Pekon Waringinsari, Pandansari, Panggungrejo, Sinarbaru, dan Keputran, kesemuanya di Kecamatan Sukoharjo, serta di Pekon Banjarejo Kecamatan Banyumas dan Pekon Purwodadi Kecamatan Adiluwih.
Umbar menyatakan bahwa, program penanaman sorgum dari ICD ini tidak menghilangkan komoditas yang sudah ada, seperti jagung, padi, singkong dan sebagainya, tetapi hanya menambah komoditas.
“Ini agar harga komoditas kita tetap stabil dan tidak turun harga”, ujarnya.
Untuk diketahui, sorgum termasuk tanaman yang mudah dibudidayakan karena membutuhkan biaya perawatan yang termasuk murah dan bisa ditanam secara tumpangsari dengan padi gogo, kedelai, kacang tanah atau tembakau, ataupun ditanam secara monokultur.
Dalam satu kali tanam, sorgum dapat dipanen lebih satu kali sehingga sorgum tergolong tanaman yang memiliki produktifitas tinggi.
Daerah budidaya sorgum juga sangat luas, karena sorgum dapat hidup mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi dengan iklim tropis-kering sampai iklim basah. Di Indonesia, daerah pengembangan sorgum cukup luas. Saat ini, daerah penghasil sorgum yang cukup terkenal, diantaranya NTB dan NTT.
“Selain itu, tanaman sorgum termasuk tanaman prioritas kedua untuk petani di NTT setelah tanaman jagung, karena selain sorgum dapat ditanam pada lahan-lahan yang kurang menguntungkan, seperti memiliki curah hujan yang rendah, sistem pengairan yang terbatas, serta kondisi lahan yang tidak terlalu subur, tanaman sorgum juga dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak,” jelasnya.
Be the first to write a comment.