Jakarta – (8/5/2021) Sebagaimana dinyatakan dalam Musrenbangnas 2021, dalam konteks Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024, Rencana Kerja Pemerintah 2022 dijabarkan dalam 7 Prioritas Nasional (PN), salah satunya adalah; Memperkuat Ketahanan Ekonomi untuk Pertumbuhan yang Berkualitas dan Berkeadilan. RKP 2022 juga menetapkan sejumlah sasaran pembangunan, diantaranya meningkagkan Nilai Tukar Petani 102–104, dan Nilai Tukar Nelayan 102–105.

“Tidak dapat dipungkiri, bahwa untuk mencapai target tersebut, transformasi ekonomi pada 2022 harus dilaksanakan secara inklusif dan terpadu, melalui peningkatan daya beli dan usaha. Selain itu, transformasi ekonomi juga dilakukan dengan diversifikasi ekonomi melalui peningkatan nilai tambah, penguatan ketahanan pangan, dan pembangunan rendah karbon” Ujar Gus AMI

Senafas dengan agenda tersebut, BPS mengelurkan hasil survey yang menyatakan bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang paling bisa bertahan dan terhindar dari kontraksi. “Karena itu pemerintah harus meningkatkan investasi pertanian. Peningkatan investasi sektor pertanian akan memiliki multiple effect. Terciptanya Ketahanan pangan, peningkatan kesejahateraan petani dan nelayan, serta dapat menyerap tenaga kerja yang maksimal. Dimana selama pandemi covid ini, telah menyebabkan lebih dari 2,7 juta penduduk di Indonesia kehilangan pekerjaan”. Ujar Gus Ami

“Sektor pertanian merupakan sektor yang sangan bisa diandalkan. Dimana sektor ini memberikan sumbangan sebesar 2,95 % dan selalu naik selama pandemi ini. Dimana tanaman pangan tumbuh 10,32 persen didorong oleh peningkatan luas panen tanaman padi. Serta Tanaman Hortikultura yang tumbuh sebesar 3,02 persen karena cuaca yang lebih kondusif” Ujar Gus AMI mengutip data dari Badan Pusat Statistik

“Pencapaian sektor pertanian yang terus membaik di masa pandemi, tentu harus dibarengi dengan perbaikan kualitas hidup bagi petani dan nelayan. Indikator keberhasilan pembangunan pertanian tidak hanya pada peningkatan dari sisi produksi saja, tetapi juga tingkat kesejahteraan rumah tangga petani harus semakin membaik”.

Wakil Ketua DPR RI ini juga menambahkan, Selama ini, selain nilai investasi di sektor pertanian yang masih cenderung rendah, alokasi untuk development research juga masih jauh dari nilai yang memadai. Padahal pengembangan pada bidang development research dan development sangat penting untuk masa depan pertanian Indonesia, misalnya riset untuk menghasilkan bibit dan benih yang bisa beradaptasi dengan dampak dari perubahan iklim.

“Selain itu pemerintah juga perlu membuat road map yang jelas soal kebijakan pangan dari mulai hulu ke hilir (on farm dan off farm). Salah satu faktor penting dalam sektor pertanian Indonesia, adalah memperbaiki tata kelola distribusi dan rantai pasok agar lebih efisien dan dapat menekan biaya produksi terhadap hasil pertanian petani. Jika hal ini bisa dilakukan maka produk pangan dalam negeri akan mampu bersaing dengan produk pertanian impor”.

Peningkatan investasi pertanian juga dapat diarahkan untuk meningkatkan produktifitas. Untuk melakukan peningkatan produktivitas lahan, para petani perlu diberikan wawasan dan akses modal yang cukup. Gagasan Bank Tani dan inisiasi pembiayaan untuk pertanian layak menjadi pilihan pemerintah” tutup Gus AMI.