Magelang, Rabu 14 April 2021.
Saburainews.id – Mas Harianto laki-laki kelahiran Desa Pengambengan, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali 1 juli 1981, dari Seorang Demonstran sukses jadi Pengusaha kuliner. Kalau kebanyakan eks aktivis mahasiswa dan Demonstran memilih untuk menjadi politisi, birokrat, akademisi, berbeda dengan Mas Harianto atau Ari Betox panggilan populernya semasa menjadi aktivis mahasiswa, Ari lebih memilih menjadi Pengusaha dengan membuka warung makan ikan laut bakar khas bali, kini Ari Sukses Menjadi Entrepreneur / Pengusaha Kuliner Ikan Laut Bakar khas Bali di Desa Permitan, kecamatan Bondowoso, Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, dan beberapa cabang dibali dan jogjakarta.

Meskipun warung makan utama nya termasuk dipedalaman Magelang dan sekitar 1 km dari jalan raya Jogja-Magelang namun karena cita rasa nikmat bebakaran khas Ikan Bakar laut Jembrana Bali dengan rempah-rempah tradisional warung makan ini ramai dikunjungi para pecinta kuliner disekitar magelang, bahkan banyak tamu luar kota yang sedang berwisata di Candi Borobudur dan Jogjakarta sekitarnya menyempatkan untuk menikmati kuliner ikan bakar ini.

Dan kebanyakan pengunjung kuliner ketagihan untuk kembali ke warung makan ini, karena memang kenikmatan cita rasa ikan laut bakar, cumi, kerang, kepiting, dan semua jenis sea food ada disini, selain itu harganya juga bersaing dan ekonomis dibandingkan Warung Sea Food di tempat lain.

Foto : Munir A. Haris (Pelanggan Jimbarwana dari Lampung)

Keunggulan warung makan ini terletak pada kualitas kesegaran ikan laut nya yang masih fresh, meskipun ikan laut nya didatangkan dari desa pengambengan, negara, bali, namun ikan tangkapan sore hari langsung dikirim ke magelang serta pagi sudah sampai di magelang dan sore nya sudah ludes habis, sehingga ikan nya selalu fresh. Salah satu menu favorit ikan bakar jimbarwana adalah ikan bakar garam lombok ijo, yakni ikan dibakar dengan diolesi lombok ijo yang sudah dilembutkan dengan garam.

Untuk menjadi negara maju angka jumlah penduduk yang menjadi entrepreneur minimal harus 14 % dari jumlah rasio penduduk, sementara di indonesia jumlah penduduk yang menjadi entrepreneur baru diangka 3%, masih sangat jauh dari angka ideal untuk mawujudkan cita-cita Faunding Fathers yakni Indonesia yang berdiri diatas kaki sendiri secara ekonomi, tutur Ari pada saburainews.id, rabu 14 April 2021.

Saya memilih menjalani Sejarah Takdir Hidup saya dengan mencari kebarokahan hidup dengan menjadi pedagang sebagaimana pernah disampaikan Rasulullah 9 dari 10 pintu rizky adalah dengan berdagang, setidaknya dengan menjadi pedagang saya bisa turut serta memberikan kontribusi kepada bangsa ini dengan menyumbang devisa negara melalui pajak, serta turut serta membuka lapangan pekerjaan, kalau tidak bisa menjadi bagian dari solusi paling tidak, tidak menjadi bagian dari persoalan, saya tidak mau menjadi beban dari negara ini, dan Alhamdulillah saya bisa menjalani hidup tanpa digaji duit negara dan meski hanya secuil bisa menyumbang negara dan membantu negara dengan membuka lowongan pekerjaan tambah ari yang merupakan alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang D.I. Yogyakarta 2004-2005 ini.

Foto : suasua makan di Jimbarwana Sea Food

Bermula keprihatinan saya, atas nasib para nelayan kecil dikampung saya, yang merupakan nelayan tangkap dengan mengunakan sampan untuk memancing yang tidak pernah mendapatkan harga ikan yang bagus bahkan justru terjebak rentenir. Saya berpikir kenapa komoditi yang menyehatkan masyarakat dan merupakan makanan halal yang bernilai gizi tinggi serta jauh dari bahan-bahan pengawet dan penyedap tidak kita pasarkan sendiri menjadi makanan yang lezat, siap saji, dengan begitu paling tidak kita telah membantu masyarakat mendapatkan makanan yang halal, sehat, bernilai gizi tinggi, jauh dari pestisida dan mencerdaskan anak bangsa dengan mengkonsumsi makanan yang bernutrisi bagi pertumbuhan otak anak, karena yang memberi makan ikan laut adalah Allah SWT langsung tidak seperti kebanyakan makanan yang sekarang kita jumpai sehari-hari yang telah tercampur pestisida dan obat-obat kimia lainnya, kami berikhtiar bagaimana ikan laut kita terurus dari hulu hingga hilir, sehingga masyarkat nelayan kita sejahtera, masyarakat kita mendapatkan makanan sehat dan lezat, serta menyerap tenaga kerja yang banyak, tutur ari yang Mantan Pengurus DEMA UIN Sunan Kalijaga, D.I. Yogyakarta 2003-2005 ini.

Warung makan yang dirintis sejak 2012 ini dimulai dari jual ikan laut mentah dipasar, kemudian membuka warung kecil-kecilan, hingga berkembang seperti saat ini dan memiliki beberapa cabang di Bali dan Jogjakarta.